Kematian adalah hadiah

Bagi sebagian orang kehilangan seseorang yang berarti dalam kehidupannya adalah suatu bencana, entah itu orang tua, saudara hingga belahan jiwa. Mereka merasa bahwa kematian menjadi pemutus hubungan antara mereka dengan seseorang yang dikasihinya, bagaimana tidak yang biasanya melihat rupa dan raga setiap hari atau bertegur sapa kini sosok-sosoknya benar-benar hilang. Yang tersisa hanya pakaiannya yang tergantung rapih didalam lemari, potret foto tak bersuara, dan kenangan manis pahit dalam pikiran.

Namun apakah benar seperti itu? Jika kita berfikir terus seperti itu maka yang akan kita temukan hanyalah keterpurukan tidak berujung, lubang didalam hati yang kian hari kian membesar karna kita memelihara kesedihan, dan percayalah Allah tidak menyukai seseorang yang meratapi kepergian. Coba sejenak lihat keluar ketika merasa duniamu tiba-tiba terasa terhenti, apa duniapun berhenti? Apa orang-orang tidak lalu lalang dihadapanmu lagi? Apa induk kucing tak mencari makan untuk anak-anaknya? Tidak, dunia tetap berputar, manusia tetap berlalu lalang menjalani kehidupan, bahkan kucingpun bertahan hidup setiap harinya. Ini pertanda bahwa semua memang seharusnya seperti ini, bahkan giliran kita pun sebenarnya sudah tertulis, namun kita lupa.

Iyah, nama kita sudah tertulis didalam antrian menuju kematian. Saya pun sebagai yang mengingatkan sudah tertulis dan andapun yang diingatkan sudah tertulis, namun kita tidak tau nama siapa yang sudah tertulis terlebih dahulu. Cepat atau lambat kita akan meninggalkan orang-orang didunia dan berkumpul dengan orang-orang yang berada di akhirat. Mungkin jika di analogikan kita hanya sedang berpindah wadah.

Lainnya, bahwa segala urusan mereka yang wafat dengan dunia saat itu juga terputus, lepas tanggung jawab mereka didunia dan disambung tanggung jawab di akhirat. Namun percayalah bahwa kematian adalah hadiah terbaik bagi mereka yang beriman.

“Kematian adalah hadiah yang sangat berharga bagi orang yang beriman.” (HR Muslim).

Mereka yang semasa hidupnya sibuk mengumpulkan amal ibadah tentu pergi meninggalkan dunia dengan membawa perbekalan yang sangat banyak, sehingga mereka tidak perlu risau dengan riwayat mereka di kehidupan selanjutnya. Ini adalah ciri-ciri orang yang beruntung, yang selama hidupnya mampu benar-benar memanfaatkan segala daya dan upaya mereka untuk mengejar kehidupan kelak yang penuh keridhaan Allah swt. Dibalik orang yang beruntung adalah orang yang tidak beruntung yaitu orang yang tau tentang kematian tapi tidak paham bagaimana cara untuk menghadapinya, sehingga ketika Allah nampakan wajah kematian dihadapannya maka yang ia rasakan adalah ketakutan dan khawatir atau mungkin bahkan penyesalan yang tidak ada gunanya. Oleh sebab itu kematian bisa menjadi dua mata koin yang berbeda bagi manusia, bergantung pada bagaimana cara ia menjalani kehidupannya.

Dan kini satu-satunya yang harus dikhawatirkan adalah diri kita. Karena kita masih harus bergumul dengan dunia yang didalamnya terdapat banyak godaan untuk menghancurkan hawa nafsu dan menuntun kita kedalam kekufuran, namun setidaknya kita masih memeliki waktu yang tidak menentu ini untuk membalikkan keadaan dan menciptakan hadiah terbaik ketika kematian menampakkan wajahnya dihadapkan kita.

Perbaiki amalan kita didunia ini agar kelak kita bertemu lagi dengan keluarga, sahabat dan belahan jiwa kita yang sama-sama merasakan hadiah dari sebuah perpisahan sementara, yang kita sebut kematian. Aamiin Allahuma Aamiin

Leave a comment